MASYARAKAT Arab
secara natural mempunyai kemampuan tinggi dalam bidang sastra—terutama
puisi. Bakat ini telah diwarisi oleh nenek moyang mereka semenjak
ratusan tahun sebelum datangnya Islam. Kualitas sastra yang mereka
gunakan sangat tinggi dan mendalam, sehingga mampu membuat orang
terpesona akan keindahan gaya bahasanya.
Dalam suasana masyarakat Arab yang begitu terkenal dengan bahasa dan
sastranya, Allah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad sebagai dasar
ajaran dan syari‘at untuk makhluk seluruh alam. Al-Qur’an diturunkan
berbahasa Arab dan mempunyai kekuatan serta keindahan bahasa dan sastra
sehingga ia mampu melampaui kehebatan bahasa dan sastra Arab ketika itu.
Inilah yang membuat Prof al-Attas semakin menguatkan, bahwa bahasa Arab
telah dibebaskan melalui proses Islamisasi. Bahkan, beberapa
leksikologis dari Orientalis Barat berasumsi, bahwa pada saat al-Qur’an
diwahyukan di tanah Arab, bahasa Arab akhirnya mengalami proses
perubahan yang sangat drastis. (al-Attas, The Concept of Education in Islam, 1999, 8-9).
Islamisasi
bahasa telah dilakukan ketika pertama kali al-Qur’an diwahyukan.
Islamisasi tersebut akhirnya mempengaruhi Islamisasi pemikiran dan akal.
Islamisasi bahasa Arab dengan tuntunan Allah dan wahyu, telah mengubah
kedudukan bahasa Arab menjadi satu-satunya bahasa yang masih hidup di
antara bahasa-bahasa manusia. Ia telah menjadikan bahasa Arab
terpelihara dari perubahan serta tetap hidup dan kekal sebagai bahasa
yang baku. Setiap makna dari perkataan-perkataan tersebut ditentukan
oleh perbendaharaan kata semantik dari al-Qur’an, dan bukan ditentukan
oleh perubahan sosial (Islam and Secularism, 46).
Bahasa Arab
yang dipilih Allah Subhanahu Wata’ala sebagai bahasa wahyu tentunya
mempunyai kekuatan dan keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh
bahasa lain.
Kenapa Al-Qur’an diturunkan berbahasa Arab? Karena Nabi Muhammad adalah berbangsa Arab dan berbicaranya pun dalam bahasa Arab.
Ditegaskan oleh Allah Subhanahu Wata’ala; “Sesungguhnya
al-Qur’an itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam. Ia dibawa
turun oleh malaikat Jibril ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang diantara orang-orang yang memberi perigatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.” (QS: al-Syu‘ara’ [26]: 192-195).
Sementara di ayat yang lain diegaskan, “Sesungguhnya kami (Allah) menjadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahaminya.” (QS: al-Zukhruf [43]: 3). Begitu juga dengan surat Fuṣṣilat, Allah menyatakan, “Dan
jikalau kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selalin
Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?” apakah (patut al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasūl
adalah orang Arab)? Katakanlah: “al-Qur’an itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin.” (QS: Fushshilat [41]: 44).
Peran al-Qur’an dalam Pengislamisasian Bahasa Arab
Berikut ini akan dijelaskan beberapa peran al-Qur’an dalam mengislamisasi bahasa Arab:
Pertama, menambah perbendaharaan kata Arab. Seperti kata munafiq. Sebelum kedatangan Islam, kata tersebut belum dikenal. Tetapi setelah Islam datang, munafiq mempunyai definisi tersendiri , yaitu orang yang mengaku Islam tetapi hatinya tetap kafir kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Kedua, memperluas pengertian beberapa perkataan Arab. Pada
zaman jahiliyah, banyak kata-kata yang kemudian diubah maknanya oleh
Islam. Seperti kata mu’min yang berarti aman, muslim berarti
tunduk, dan shalat yang berarti doa. Setelah Islam datang, kata-kata
tersebut tidak lagi menunjukkan pengertiannya dari segi bahasa. Mu’min menjadi
orang yang percaya kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan semua
perkara-perkara yang wajib dipercayai, Muslim telah menjadi orang yang
tunduk atau taat kepada perintah Allah Subhanahu Wata’ala (menunaikan
segala perintahNya dan menjauhi segala yang dilarangNya), serta shalat
menjadi ibadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dimulai dari takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.
Ketiga, menyatukan pelbagai dialek kabilah (tribe) Arab.
Kaum Qudha‘ah mengubah huruf (ي) menjadi (ج). Seperti ungkapan penyair berikut ini:
خالي عويف وأبو علج المطعمان اللحم بالعشج
(Biarkanlah ‘Uwaif dan Abu Ali memberi makan daging di malam hari)
Kata (علج) sebenarnya (علي), demikian juga (بالعشج ) maksudnya (بالعشي).
Kaum Himyar mengubah ‘al’ al-Ma‘rifah menjadi (أم) di awal perkataan, seperti kalimat berikut: من أمبر أمصيام فى أمسفر
Sebenarnya yang dimaksud dari rangkaian kalimat di atas adalahهل من البر الصيام فى السفر
(Apakah puasa ketika sedang safar merupakan suatu kebaikan?)
Dan yang terakhir adalah kabilah Hudai, mereka mengubah huruf (ح)
menjadi (ع). Seperti ucapan mereka: أعل الله العلال . Padahal sebenarnya
yang mereka maksud adalah أحل الله الحلال (Allah telah menghalalkan
yang halal).
Ucapan-ucapan mereka terkadang jarang didengar dan menyusahkan lidah
ketika mengucapkannya. Namun, perkataan tersebut sedikit demi sedikit
hilang seiring dengan datangnya Islam dan ditukar dengan bahasa dan
penyebutan yang mudah sebagaimana terdapat di dalam al-Qur’an.
Keempat, al-Qur’an membantu penyebaran bahasa Arab ke
seluruh dunia (khususnya negara-negara Islam). Tanpa disadari, bahasa
Arab (bahasa al-Qur’an) banyak digunakan dalam aktivitas kita
sehari-hari.
Pengaruhnya disebabkan oleh meresapnya bahasa ini ke dalam jiwa kita
dan umat Islam, seolah-olah bahasa ini menjadi bagian dari bahasa kita
sendiri. Seperti kata yakin, ilmu, beriman, bertaqwa, adil, adab,
haq, batil, musyawarah, wakil, hikmah, faham, fikir, syair, ibarat,
kursi, sultan, garis khatulistiwa, aman, nama-nama hari dalam seminggu dan seterusnya. (lihat ed. Mohd Radzi Othman dkk, Warisan al-Qur’an: Sosiobudaya, 2009,110-15).
Demikianlah peran al-Qur’an ketika mengislamkan bahasa Arab. Allah
Subhanahu Wata’ala telah memilih bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an
disebabkan bahasa tersebut adalah bahasa saintifik.
Itulah yang membuat bahasa al-Qur’an pun sangat dikagumi. Melalui proses islamisasi terhadap bahasa Arab, worldview masyarakat pun akhirnya berubah menjadi Islam. Semua itu berangkat dari peran Al-Qur’an dalam pengislamisasian Bahasa Arab. Wallāhu a‘lam bishshawab.*
Mahasiswa Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation, Universiti Teknologi Malaysia (CASIS-UTM)
Sumber
